Sebuah Misi Upaya Pemulihan Bumi: Analisis Novel Dunia Anna Karya Jostein Gaarder

Dia memandangi detail-detail tajam dari alam yang dahulunya sebuah dunia yang subur dan kaya keanekaragaman, sebelum sejenak kemudian menyadari bagaimana sebuah proses penghancuran berkesinambungan terjadi. (halaman 98)

Novel Dunia Anna merupakan novel karya Jostein Gaarder yang terbit pada 2014. Novel tersebut membawa genre filsafat dan lingkungan yang sangat kental dengan sedikit bumbu-bumbu genre lain yang hadir menyempurnakan buku ini. Filsafat dan lingkungan mendominasi isi cerita dibuktikan dengan hampir seluruh tokoh (Anna, Jonas, Dokter Antonsen, Ester, dll.) di dalam novel memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dan selalu mempertanyakan tentang manusia yang mengganti kata”cukup” menjadi kata “lagi” ketika memanfaatkan kekayaan dari bumi. Novel secara garis besar bercerita mengenai Anna Nyrud yang memiliki kemampuan untuk menjadi orang lain, salah satunya adalah menjadi  Nova yang merupakan cicitnya dan Anna pun melihat rusaknya bumi di zaman cicitnya akibat dari keserakahan manusia-manusia di zaman Anna. Tidak hanya itu, Anna juga dapat mengabulkan permintaan serta dapat mengirimkan pesan ke masa depan yang menjadi awal mula kemarahan Nova terhadap Anna dan manusia-manusia di generasi Anna yang hanya menurunkan kerusakan bumi terhadap generasi selanjutnya. Keseluruhan kemampuan Anna tersebut muncul akibat cincin tua dari kakak perempuan buyutnya, yaitu Tante Sunniva.

Dunia Anna menampilkan dua lingkungan bumi yang berbeda dan kontras. Dunia saat masa Anna yang masih lestari dengan dunia saat masa Nova yang semakin menyempit wilayah layak huni bagi makhluk hidup di bumi. Bumi mengalami pemanasan global yang berimbas terhadap semakin parahnya efek rumah kaca dan menyebabkan es di Arktik dan Greenland mencair. Semua kerusakan tersebut menjadi sesuatu yang kumulatif dan berakibat terhadap punahnya banyak flora, fauna, dan habitat di bumi. Nova yang selalu mendapatkan notifikasi punahnya suatu spesies di gadget-nya, Nova yang kerap bertemu dengan beberapa manusia yang menjadi nomaden hidupnya akibat tempat tinggalnya yang sudah tidak layak ditempati, serta Nova yang melihat orang tuanya harus melakukan penyerbukan manual terhadap tumbuhan akibat punahnya serangga-serangga yang membantu penyerbukan tumbuhan menjadi hal-hal yang ditampilkan penulis di dalam buku untuk menunjukkan seberapa besarnya dampak keserakahan kita terhadap bumi dan terhadap generasi selanjutnya.

Anna di dalam cerita menerima segala cercaan dari cicitnya mengenai lingkungan bumi yang rusak. Generasi Anna sendiri merupakan generasi pertama yang melakukan kerusakan terhadap bumi sehingga amarah Nova terhadap Anna dan generasinya semakin besar. Anna yang merasa bersalah akhirnya memberikan pernyataan yang mirip dengan sumpah.

Jika aku tidak berhasil mencegah kerusakan ekosistem dan penurunan kualitas dan keindahan alam di bumi-maka aku akan menghakimi diriku sendiri.” (hal. 148)

 Akhirnya, Anna dengan dukungan orang-orang terdekatnya bertekad untuk menciptakan kesempatan kedua bagi bumi dan manusia. Anna bekerja sama dengan Jonas dan Dokter Benjamin untuk menyusun rencana tindakan preventif terhadap pemanasan global dan kerusakan lingkungan. Didukung dengan kekuatan magis yang didapatkan Anna dari cincin merah Tante Sunniva pada akhirnya manusia diberikan kesempatan kedua untuk melestarikan lingkungan dan ekosistem bumi. Anna juga merintis organisasi pecinta lingkungan di sekolahnya untuk mendukung terwujudnya rencana menciptakan kesempatan kedua bagi bumi dan manusia. Tidak hanya Anna, Nova dan kekasihnya di masa depan juga ikut mengusahakan melestarikan bumi dengan merealisasikan ide Anna dan Jonas mengenai mesin otomat hijau yang bergerak untuk mengumpulkan dana yang ditujukan untuk pelestarian lingkungan. Ide tersebut Nova dapatkan setelah Anna di beberapa jam terakhir sebelum hari ulang tahunnya menuliskan surat untuk cicitnya tersebut yang berisi ide-ide mereka yang bisa diwujudkan di generasi Nova.

Jostein Gaarder sangat lihai dalam menuangkan gagasan-gagasannya mengenai pelestarian lingkungan menjadi sebuah karya sastra yang bisa dinikmati. Jostein menggambarkan bahwa dunia yang seharusnya stabil dengan caranya sendiri justru dirusak kestabilannya oleh manusia sebagai makhluk hidup yang paling berakal di bumi. Minyak bumi dan kandungan isi bumi lainnya yang seharusnya tetap berada di dalam bumi justru dilepaskan yang akhirnya menambah jumlah CO2 di atmosfer bumi. Padahal proses bumi dalam menyerap CO2 menjadi sebuah minyak dan mineral ke dalam bumi bukanlah suatu proses yang cepat. Proses tersebut berangsur lama dan terjadi untuk menstabilkan seisi alam bumi. Pada akhirnya, setelah penemuan bahan bakar yang memudahkan manusia membuat isi bumi dieksplor habis-habisan tanpa memikirkan keberlanjutannya bagi generasi selanjutnya. Atas dasar kekhawatiran tersebut, akhirnya Jostein membuat novel ini yang dibersamai dengan didirikannya Sophie Prize sebagai bentuk kepedulian Jostein terhadap kelestarian lingkungan bumi. Sophie Prize sendiri adalah penghargaan berupa uang yang diberikan setiap tahunnya kepada individu ataupun kelompok yang sudah berusaha memperjuangkan dan mengajak masyarakat dalam pelestarian lingkungan.

Novel Dunia Anna adalah novel yang memperingati manusia mengenai pentingnya kelestarian lingkungan bumi terhadap keberlangsungan hidup segala unsur di bumi. Manusia yang memiliki sifat dasar individualistik dan hanya memikirkan dirinya perlu diberikan teguran bahwa tidak hanya mereka yang hidup menempati bumi. Terlebih masih ada generasi-generasi selanjutnya yang akan mewarisi bumi. Mereka yang akan mewarisi peninggalan kita tentu tidak dapat menikmati kekayaan bumi apabila seluruh sumber daya itu sudah dihabiskan oleh generasi kita yang tamak. Jostein Gaarder berhasil membungkus topik lingkungan dan filsafat menjadi sesuatu yang mudah dan menghibur dibaca yang tentu pesan peringatan mengenai pentingnya melestarikan lingkungan juga akan tersampaikan dengan baik pula kepada pembaca novel.

Komentar

Postingan Populer