Analisis Estetika Naskah Drama Nyanyian Angsa Karya Anton P. Chekov

Naskah drama Nyanyian Angsa karya Anton P. Chekov ditulis sebagai bentuk penggambaran penampilan atau pekerjaan terakhir seorang pegiat seni sebelum pensiun dari dunia tempat mereka berkarya atau meninggal. Pengarang mencoba memperlihatkan sisi gelap/yang tersembunyi dari seorang pegiat seni melalui tokoh utama drama, yaitu Svietlovidoff. Meskipun Anton P. Chekov menulis naskah ini bukan dalam bahasa Indonesia, naskah terjemahannya tetap menghadirkan beberapa estetika setelah diterjemahkan ke dalam versi bahasa Indonesianya. Estetika yang dihadirkan oleh Chekov tersebut dapat dianalisis secara mendalam menggunakan 5 parameter estetika, yaitu kesatuan, keharmonisan, kesimetrisan, keseimbangan, dan pertentangan.

Parameter estetika kesatuan dapat dilihat dari kesatuan antara unsur-unsur drama dari Nyanyian Angsa ini. Mulai dari alur yang dibuat campuran untuk memberikan sebab-akibat secara jelas kepada pembaca naskah apa yang terjadi kepada tokoh protagonis cerita. Kemudian, latar drama yang dibuat sederhana untuk mencitrakan rasa kesepian dan kelenggangan yang dirasakan oleh tokoh protagonis utama cerita. Dialog dari Svietlovidoff yang dibuat lugas agar mudah dimengerti pembaca dan agar mencerminkan pola kebahasaan orang yang berumur yang biasanya sederhana dan jujur. Setiap unsur bersifat komplementer sehingga membentuk estetika kesatuan yang dapat dilihat oleh pembaca setelah selesai melakukan pembacaan naskah drama ini.

Parameter estetika keharmonisan dari naskah dapat dilihat dari bagaimana pengarang menyusun emosi keputusasaan serta kegagalan yang diungkapkan oleh tokoh protagonis dengan emosi gembira, semangat, serta penuh harapan yang akhirnya muncul di akhir naskah secara rapi sehingga emosi yang kontradiktif tersebut terpadu secara harmonis di dalam naskah. Keharmonisan juga dapat dilihat dari dialog antara Svietlovidoff dan Ivanich yang sempat melakukan pertunjukkan di pertengahan cerita. Kemudian, keharmonisan pun muncul karena pengarang dengan kreativitasnya berhasil memadukan unsur-unsur drama yang membangun plot utama cerita sehingga saling bersangkut paut. Mulai dari penjelasan awal mula keterpurukan dari Svietlovidoff, selanjutnya dijelaskan pula secara tersirat perubahan karakteristik tokoh protagonist yang menjadi optimis, dan cerita ditutup dengan tokoh utama yang siap melakukan pementasan terakhirnya sebelum pensiun/meninggal.

Parameter estetika kesimetrisan dapat dilihat dari kesesuaian judul dengan substansi dari naskah drama ini. Naskah drama Nyanyian Angsa sendiri bercerita mengenai Vasili Svietlovidoff yang merupakan seorang aktor panggung berusia 68 tahun. Ia mengalami demotivasi selama perjalanan karirnya karena beberapa sebab, salah satunya ketika perempuan yang ia cintai justru membuat Svietlovidoff harus dihadapkan terhadap pilihan yang sulit, yaitu antara karirnya atau perempuan tersebut. Akibatnya, Svietlovidoff menolak setiap dukungan penonton serta hidup di bawah sugesti bahwa tidak ada yang menyukainya sebagai seorang manusia sepenuhnya yang menyebabkan penurunan karirnya dan membuat ia sepi penawaran bekerja. Kemudian, muncul Nikita Ivanich yang memberikan kata-kata untuk memotivasi Svietlovidoff dan berhasil. Svietlovidoff akhirnya bersemangat kembali dan mulai memberanikan diri untuk melakukan ‘nyanyian angsa’-nya. Istilah nyanyian angsa sendiri muncul dari cerita masyarakat yang mengatakan angsa akan menyanyi sebelum angsa tersebut mati. Hal tersebut sejalan dengan plot utama naskah di mana Svietlovidoff telah siap melakukan pertunjukkan terakhirnya di usianya yang sudah tua sebagai tanda berhentinya ia dari dunia pementasan.

Parameter estetika keseimbangan dapat dilihat dari bagaimana pengarang menyeimbangkan kesedihan dari tokoh protagonis cerita dengan resolusi yang akhirnya tokoh tersebut dapatkan di akhir cerita. Dialog antara Svielovidoff dan Ivanich juga seimbang sehingga perkembangan karakter tokoh Svielovidoff dapat lebih dieksplor oleh pembaca dengan dialognya yang lebih banyak daripada dialog dari Ivanich yang merupakan tokoh sampingan. Keseimbangan juga muncul karena pengarang berhasil menyalurkan imajinasinya dengan membangun suasana cerita yang sesuai dengan plot cerita. Suasana tersebut sendiri terbantu oleh unsur lainnya dari drama, yaitu latar dan dialog tokoh. Contohnya ketika Svielovidoff sedang berdialog sedih serta pesimis maka latar yang dicitrakan mendukung dialog tersebut dengan beberapa properti pendukung yang bercitra negatif seperti botol minuman keras dan lain sebagainya.

Parameter estetika pertentangan dari naskah dapat dilihat dari karakter Svietlovidoff yang ketika di awal cerita memiliki pribadi yang pesimis dan merasa dirinya sudah tidak sejaya ketika masa mudanya dulu. Kemudian, di pertengahan hingga akhir cerita terdapat koda yang membuat karakteristik Svietlovidoff menjadi pribadi yang optimis dan kembali menemukan api semangatnya dalam dunia pertunjukkan setelah beberapa tahun merasa tidak dicintai oleh penontonya. Pertentangan tersebut memberikan dinamika pertentangan tersendiri dalam alur cerita sehingga menimbulkan keindahan ketika naskah dibaca oleh pembaca. 

Komentar

Postingan Populer